Monumen Kresek
Bagi warga Madiun, salah satu potret sejarah yang tak boleh dilupakan
adalah peristiwa pemberontakan PKI yang terjadi di Madiun pada tahun
1948 silam. Tragedi berdarah itu bermula dari sekelompok orang
berideologi komunis – atheis (tidak Bertuhan) yang kala itu ingin
memanfaatkan kelemahan Bangsa Indonesia karena baru saja memerdekakan
diri dari Jepang maupun Belanda.Sekelompok pemberontak komunis tersebut lantas ingin mengubah NKRI
menjadi negara Soviet Republik Indonesia melalui jalan pemberontakan.
Peristiwa kekejaman PKI tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk
Monumen Kresek yang dibangun pada tahun 1987 dan selesai 4 tahun
setelahnya serta diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Bpk
Soelarso pada tanggal 10 Juni 1991.
Lokasi Monumen Kresek
Monumen yang terletak 8 KM dari pusat kota Madiun tepatnya di Desa
Kresek, Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, Jawa Timur tersebut berdiri di
tanah pemerintah seluas 3,3 Ha, area ini dulunya merupakan bekas rumah
warga yang dijadikan PKI sebagai ajang pembantaian, warga sekitar
dikurung di dalam rumah tersebut lalu rumah tersebut tersebut dibakar
bersama warga yang ada di dalamnya. Begitu kejamnya para pemberontak
atheis tersebut begitu membekas di hati masyarakat Madiun hingga kini.
Setiap kali kita mengunjungi Monumen Kresek maka kenangan – kenangan
dan kebanggaan kita terhadap jasa para pahlawan bunga bangsa tersebut
tentu akan langsung muncul. Oleh karenanya Monumen Kresek ini bisa
menjadi salah satu lokasi wisata Kebangsaan, untuk mengingatkan kembali
Peristiwa Madiun berdarah di awal-awal Kemerdekaan RI terutama kepada
para generasi muda agar senantiasa membentengi diri dari usaha – usaha
merongrong kedaulatan NKRI.
Diorama kisah yang menggambarkan bagaimana kejamnya PKI dalam membantai pejuang
Pada saat mengunjungi Monumen Kresek ini, kita akan disuguhkan
diorama apik yang menggambarkan bagaimana kejamnya PKI dalam membantai
pejuang – pejuang Pancasila dari kalangan TNI, Ulama, maupun warga
sipil. Patung – patung dan relief menjadi saksi bisu yang menggambarkan
betapa tak berperikemanusiaannya para pemberontak PKI dalam
memperlakukan warga sipil, Kyai maupun anggota TNI kala itu.
Jika menyusuri Monumen dari depan, di pintu masuk kita akan langsung
dihadapkan dengan relief lengkap dengan papan nama 17 korban keganasan
PKI di Kresek. Di bawah Relief tersebut sebenarnya terdapat sumur yang
dijadikan lokasi pembuangan korban dari keganasan PKI. Di sumur itulah
mayat – mayat para korban ditemukan pertama kali. Sumur tersebut sudah
ditutup dan dibangun relief di atasnya. Adapun gambar relief yang
bertumpuk-tumpuk menggambarkan 17 korban yang diangkat dari sumur
tersebut.
Terdapat pula adegan bagaimana kejamnya Tokoh PKI, Muso memenggal
kepala Kiai Husen yang diabadikan melalui patung besar di bagian paling
atas Monumen. Kiai Husen sendiri adalah seorang kiai yang arif dan
bijaksana, beliau sebagai anggota DPRD Kabupaten Madiun pada 1948.
Kemudian di sebelah barat bangunan Patung Muso terdapat relief yang
menggambarkan proses pemberontakan yang dilakukan oleh PKI sekaligus
proses penumpasannya oleh Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Kolonel
Sadikin dan Divisi Jawa Timur (Jatim) dipimpin oleh Kolonel Sungkono.
Atas penumpasan Divisi Siliwangi inilah, pemberontakan PKI bisa
digagalkan sehingga Kemerdekaan Indonesia yang hingga kini dapat kita
rayakan tetap dapat dipertahankan tanpa kurang suatu apapun.
Berkunjung ke Monumen Kresek layaknya mengunjungi masa lalu. Sebab
setiap bagian di dalam Monumen Kresek sangat sarat akan makna dan
cerita, bahkan tangga atau disebut juga Undak-undak masuk ke Monument
Kresek pun juga memiliki makna yakni menunjukkan tanggal 17-8-1945
sebagai hari Kemerdekaan RI. Makna Undal – undak ini semakin mengukuhkan
kesimpulan bahwa atas jasa para pahlawan yang gugur di lokasi
tersebutlah, Kemerdekaan RI mampu tetap dipertahankan hingga detik ini.
Komentar
Posting Komentar